![]() |
Pendekar Besar Chusnan David |
Pendekar Besar Chusnan David lahir di Surabaya pada 3 November 1945. Dengan nama lengkap Chusnan Hasan David. Beliau sebelum masuk menjadi anggota Tapak Suci. Beliau adalah anggota
perguruan Silat Lembaga Seni dan Budaya Indonesia pada tahun 1965, yang kini
lebih dikenal menjadi perguruan silat Perisai Putih. Pendekar Chusnan David juga pernah belajar di
Perguruan SH Terate. Namun dengan alasan prinsip akidah beliau tidak melanjutkan
bergabung dengan SH Terate. Selain belajar Silat Pendekar
Chusnan David juga pernah belajar Judo dan Jujitsu.
Pada periode 1960-an Muhamaddiyah
Surabaya membutuhkan Latihan Beladiri. Karena kebutuhan
akan ilmu bela diri sangatlah diperlukan dalam rangka menghadapi teror-teror
yang senantiasa dilancarkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI), terhadap umat Islam. Pemuda Muhammadiyah Surabaya Utara dengan KOKAM-nya
(Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah) yang merupakan salah satu
unsur dari sebuah generasi yang bertanggungjawab terhadap tetap tegaknya agama
Islam di bumi Indonesia, merasa terpanggil untuk berjuang melawan teror-teror
yang dilaksanakan secara keji oleh PKI dan antek-anteknya.
Salah seorang yang mendapat kepercayaan untuk melatih Pemuda
Muhammadiyah Surabaya Utara saat itu adalah Agus Tcik. Pembinaan dan latihan bela diri
dilaksanakan pada akhir tahun 1961, bertempat di Madrasah al Mufidah (Masjid
Taqwa), Jl. Kampung Baru Nur Anwar Gang I (sekarang Jl. Kalimas Udik),
Surabaya. Namun kemudian sangat disayangkan latihan dan pembinaan yang
baru berjalan seumur jagung tersebut tidak dilanjutkan, karena Agus Tcik tugas pekerjaannya harus pindah ke Sulawesi. Namun demikian, Agus Tcik
telah berhasil menanamkan dasar-dasar bela diri kepada anggota Pemuda
Muhammadiyah Surabaya Utara. Kemudian segala kegiatan bela
diri dalam lingkungan Pemuda Muhammadiyah Surabaya Utara akhirnya terhenti, yang tersisa hanyalah semangat untuk tetap mempertahankan Agama Islam
dan segala macam upaya untuk melawan rongrongan yang senantiasa dilancarkan
oleh PKI.
Pada awal tahun 1963, Madrasah Al-Mufidah mendapatkan seorang ustadz
alumni dari Muallimin Yogyakarta. Beliau adalah M. Yazid. M. Yazid merupakan seorang guru beladiri juga. Melihat kenyataan bahwa kegiatan Pemuda
Muhammadiyah Surabaya Utara yang sedang lesu, padahal semangat Pemuda
Muhammadiyah Surabaya Utara untuk berlatih bela diri sangat besar, maka dengan
dasar Jiwa bela diri dan wawasan berorganisasi yang
cukup luas, beliau merasa terpanggil untuk menggalang kembali latihan bela diri
dalam sebuah wadah organisasi. Atas dukungan ikhlas dari K.H. Ainur Rofiq
Mansyur, maka dibentuklah sebuah Organisasi Bela Diri Pemuda Muhammadiyah
Surabaya Utara dengan nama: TUNAS MELATI.
Pada awal tahun 1966, Pemuda Muhammadiyah Surabaya menyelenggarakan
Pekan Olah Raga dan Seni (PORSENI). Salah satu cabang olah raga yang
diperlombakan adalah Pencak Silat. Dalam memakmurkan cabang olah raga ini,
ternyata Pemuda Muhammadiyah Surabaya Utara tidak mempunyai atlet/pesilat yang
bisa diandalkan untuk meraih juara. Atas usul dari salah seorang aktivis Tunas
Melati yang juga merupakan paman dari Pendekar Chusnan David, perwakilan dari Pemuda
Muhammadiyah Surabaya Utara dalam cabang Pencak Silat akhirnya dipercayakan
kepada Seorang Pemuda bernama Chusnan David yang saat
itu masih berusia 19 tahun. Kepercayaan tersebut
dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab, Chusnan David memilih sendiri partner Silatnya. Dari beberapa calon pesilat
diuji fisik, kecepatan, serta ketrampilan pencak silatnya. Namun banyak yang gugur
tidak memenuhi kualifikasinya. Ditengah
hampir keputusasaannya akhirnya muncul pemuda bernama Alimun ( pesilat dari pencak
Tradisional jawa). Alimun diuji dan lulus memenuhi kualifikasi menjadi partner
Silat Chusnan David.
Dalam ajang PORSENI pasangan Chusnan David dan Alimun
berhasil meraih predikat sebagai Juara I untuk semua
jenis kategori lomba Pencak Silat, “Tunggal Tangan Kosong dan bersenjata dan kategori ganda Tangan Kosong”.
Sementara itu Kesibukan M. Yazid telah memaksa beliau untuk mengundurkan diri
sebagai pelatih Tunas Melati.
Sehingga sangat disayangkan upaya-upaya yang telah
dirintis oleh M. Yazid untuk membentuk sebuah organisasi yang lebih berkembang,
ternyata tidak bisa diikuti oleh beliau.
Pada pertengahan tahun
1966 Pimpinan Wilayah Muhammadiyah
Jawa Timur di Surabaya menunjuk Chusnan David menjadi pelatih Beladiri untuk Pemuda Muhammadiyah menggantikan M. Yazid. Hati Chusnan David
merasa trenyuh dan tergugah saat itu karena merasa dihormati oleh Pimpinan
Wilayah Muhammadiyah. Tidak pernah terfikir sebelumnya bagaimana pantas beliau
hanya seorang pemuda melatih beladiri orang orang yang lebih tua dan berat
badannya juga lebih berat dari beliau. Namun atas niatan yang kuat dan atas
Rahmat Allah pelatihan beladiri Tunas Melati saat itu berjalan lancar dan
berkembang dalam masyarakat dan Pemuda Muhammadiyah. Dan orientasi latihan
beladiri saat itu adalah murni untuk pertahanan diri melawan PKI. Yang mana
saat itu banyak sekali pembunuhan terhadap umat Islam oleh PKI.
Pada pertengahan tahun
1966, Tapak Suci Yogyakarta menyelenggarakan kegiatan Pagelaran Pencak Silat
bertempat di Gedung Nasional Indonesia (GNI), Jl. Bubutan, Surabaya. Rupanya
pagelaran tersebut telah menggugah para aktivis Tunas Melati untuk berubah
menjadi Tapak Suci. Berbekal dari keberhasilan pada PORSENI Pemuda
Muhammadiyah, serta didorong oleh semangat kuat untuk mendirikan sebuah
organisasi bela diri yang bersifat metodis dan dinamis, maka pengurus dan
anggota Tunas Melati telah bertekad bulat untuk mendirikan Tapak Suci di Surabaya.
Persiapan dalam rangka terbentuknya Tapak Suci Surabaya kemudian
diselenggarakan dengan penuh rasa tanggung jawab, serta tidak jarang disertai
dengan adanya rapat yang dibayangi oleh todongan senjata api dari oknum-oknum
pada saat itu yang merupakan antek PKI.
Untuk keseragaman keilmuan
Tapak Suci dalam mewujudkan hal ini, Chusnan David tidak segan-segan setiap hari Sabtu
hingga Ahad datang secara langsung untuk berlatih ke pusat Perguruan Tapak Suci
di Yogyakarta, tidak jarang latihan tersebut berlangsung ba’da jama’ah Isya’
hingga menjelang jama’ah Shubuh.
Hingga
pada akhirnya beliau diberikan amanat oleh Pendekar Besar Barie Irsjad untuk melengkapi
kurikulum keilmuan di Tapak Suci. Chusnan David menciptakan Jurus
Harimau. Dalam kurun waktu 1 - 2 bulan Jurus Harimau 1 dan 2 tersusun dan telah teruji kelayakannya. Dengan demikian Chusnan David dianugerahi Gelar Pendekar Utama oleh Pimpinan Pusat Tapak Suci. Jurus
Harimau karya dari Pendekar Chusnan David bersifat agresif dan mematikan. Tidak memberikan kesempatan lawan untuk menyerang
kembali. Gerakan Jurus Harimau banyak diadopsi dari gerakan Judo
dan Jujitsu sehingga Jurus Harimau
tersaji dengan teknik pertarungan yang lengkap dan menarik. Perpaduan antara Ilmu Silat, Judo dan Jujitsu di
dalamnya. Ada sistem pertarungan atas dan sistem pertarungan bawah.
Menurut pendekar Chusnan David,
manusia berlatih ilmu beladiri bertujuan untuk mencapai ketajaman reflex action
dan reflex
automatic action dalam mempertahankan diri. Karena pada dasarnya manusia sudah
memiliki insting (naluri) dan intuisi membeladiri sejak lahir ketika manusia
mendapatkan suatu ancaman. Manusia memiliki 4 “in” yang harus dipahami ; Insting, inisiatif, intuisi, dan inspirasi. Insting adalah kemampuan yang dimiliki manusia sejak lahir untuk mempertahankan diri secara alami. Inisiatif adalah kemampuan manusia membeladiri yang dimilikinya dari hasil belajar atau berlatih. Intuisi adalah kemampuan manusia mengukur kekuatan membeladiri diri sendiri dan mengukur kemampuan lawan. Sementara Inspirasi adalah kemampuan manusia dalam mengamalkan ilmu Beladirinya untuk menjadi inspirasi bagi manusia lainnya. Ukuran kemampuan beladiri seseorang
tidak bisa diukur dari berapa lamanya latihan. Tapi yang menjadi ukuran adalah seberapa intensif seseorang itu
berlatih.
Pendekar Besar Chusnan Hasan David, Wafat Pada hari kamis, 16 Januari 2020 pada usia 75 tahun di Gresik, Jawa Timur tepatnya di Perumahan Ghraha Taman Tirta Gresik yang kemudian Jenazah beliau dibawa ke Pondok Permata Suci (PPS) Rumah Ustad Zamroni (Anak Beliau).
Pesan dari pendekar Chusnan David. “Berlatihlah untuk mencari ilmu dan beramalah dengan ikhlas tidak untuk mencari tingkatan dan jabatan. Karena Semakin tinggi ilmu yang kita ketahui diri kita akan merasa semakin bodoh.... Gelar Pendekar tidak perlu dikejar karena gelar pendekar adalah anugrah. Sejatinya pendekar adalah orang yang telah berjasa pada masyarakat”.